cerita Gadis Bermata Cokelat
Gadis Bermata Cokelat
Jam
menunjuk angka jam 7 malam, sudah semestinya jalanan mulai dipenuhi kerumunan
orang, ia menyelinap kesana kemari mencari bau sedap yang ditangkapnya kali
ini, kerumunan orang tak jadi penghalang baginya. Asap abu abu yang dicarinya
mulai mendekat hingga terlihat pedagang kaki lima yang menjuat usbar
“ini baru hidup,
selamat malam aku minta satu posi usus bakar dengan sambal yag paling hot”
“ya siap “jawab si
penjual
Tak lama kemudian
pesanan yang ia pesan mulai tersaaji lengkap di meja makan dengan satu botol
bir disampingnya. Rasa lapar yang telah menggerogoti perut tak dapat ditahan
lagi, ia melahap semua hanya dalam satu kali membuka mulut
“ah kenyang, apa kau
merasa kenyang juga? Terimakasih atas hidangannya”
“ada apa ini?”
“ada apa memangnya?”
“tak ada rasanya,
terasa hambar sekali. Nyonya apakah kau sudah memasaknya dengan benar? Makanan
ini terasa hambar” teriak laki laki berbadan gembul itu
“apanya yang tak enak,
makan ini sangat enak. Kau saja yang tak pantas memakannya” kata pencuri makanan
sambil berlalu pergi
Perasaannya
sudah sangat tenang sekarang, ia bahkan mengeluarkan sendawa yang begitu keras.
Tiba tiba saja seorang laki laki muda meyapanya, sepertiny ia mengetahui siapa
sosok yang menyapanya tadi. Bergegaslah ia berlari kencang untuk menghindari
semua pertanyaan atau hukuman yang akan ia berikan.
“sial ! kenapa harus
sekarang, ini bahkan belum mencapai jam 9 malam”
“ya, hei! Tunggu,
dasar gadis cilik sialan”
“ah, perutku.. ah “
geramnya menahan sakit gara gara terlalu kenyang makan tadi
“sudah kubilang
berhentilah”
Dengan
nafas terengah engah ia mulai mencari tempat sembunyi yang aman, pohon rindang
menjadi tempat pilihanya kali ini. Setelah menunggu cukup lama dan dianggapnya
telah aman ia memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya
“ah, syukur dia sudah
pergi, dasar sialan”
“apa kau piker aku ini
bodoh?” sahut laki laki tinggi dibelakangnya
“huaa! Kau lagi, ada
apa kau mencariku?”
“ada apa katamu? Apa
kau tak sadar apa kau sudah gila?”
“gila katamu? Aku ini
wanita cantik bertalenta”
“ah sudahlah, aku
kesini bukan untuk mendengar celotehmu wanita tua”
“tua? Kau bahkan jauh
lebih tua dariku”
“stop, aku hanya
mengingatkan, kau disini bukan untuk tersenyum dan bersenang senang, cepat
lakukan yang menjadi kewajibanmu, semua semua terlambat” kata pemuda dengan
kemeja hitam
Raut
wajahnya berubah seketika, tubuhnya membeku dengan tatapan kosong. Gadis muda
bermata biru mulai memikirkan semua yang dikatakannya tadi. Mengenai tugas yang
harus dikerjakan sebelum semuanya terlambat. Langkah kaki semakin lama semakin
terdengar jelas saja, melangkah bagai mayat hidup. Tiba tiba saja ia menabrak
laki laki didepannya. Sesaat, pikirannya kembali pada masa lalu dimana ia
mungkin tak menginginkannya kembali. Tubuhnya berbalik mencari sosk yang ada
dihadapannya tadi. Siapa kau? Tanyanya dalam hati, tatapannya mencari kesemua
penjuru, namun tak ditemukannya sosok laki laki tadi.
“ada apa ini, mengapa
aku menangis?” tanyanya heran dengan mengusap air matanya
“hei!” sapa gadis
berambut pendek
“ada apa denganmu? Apa
kau barusaja menangis?”
“entahlah, aku bahkan
tak menyadarinya”
“kita pergi”
“kemana?”
“ada pesta besar di
gedung Jamsil, seorang pengusaha yang mengadakannya”
Seketika
wajahnya menjadi sumringah kembali, baginya ini adalah tangkapa ikan besar mala
mini, yang tak mungkin ia dapatkan dihari hari lainya. Ternyata tak hanya ada
dirinya dan wanita tadi disana, sudah banyak sekali orang dari berbagai daerah
ikut menyantap makan lezat yang disajikan. Ia mencari cari tempat yang masih
kosong. Tiba tiba saja pandangannya beralih pada foto esar yang terpajang
disana, semua ingatan yang sempat ia lupakan lama kelamaa muncul satu persatu.
Air matanya tak dapat terbendung lagi, ia telah menyadari segalanya. Wanita
bergaun biru tersebut berlari keluar
tanpa memperdulikan panggilan lainya. Sekarang ia tahu mengapa ia masih
berada disini. Tubuhnya menabrak satu persatu orang yang dilewatinya, namun ia
tetap berjalan lurus tanpa merasakan gangguan apapun. Nampaknya tujuan kali ini
bukan lagi penjajak kaki lima di seberang jalan, bahkan asapa abu abu tak bisa
menggodanya lagi. Halte bis sudah ramai orang yang akan pulang kerumah, ia
terduduk merenung disana. Tak lama bis datang menghampiri, namun dirinya masih
tetap terduduk memikirkan semuanya
“huh..” desahnya
“sudahkah kau ingat?”
kata seseorang menyahut
“ya, aku sudah
mengetahui semuanya, aku bahkan sekarang tahu bahwa ayahku telah tiada”
jawabnya dengan diiringi air mata
“aku bahkan tahu
sekarang, dimana posisk berada, aku bahkan tahu kalau aku ini hanya sebuah
bayangan”
“kenapa? Kenapa ayahku
juga haru pergi secepat itu. aku bahkan belum pulang menyapanya”
“kau lihat ayahmu
tadi?” tanya pemuda berpenampilan rapi
yang hanya dijawab dengan gelengan saja
“aku yang menjemputnya
tadi”
Padangan
gadis itu tak percaya dengan apa yang didengarnya, ia terlihat sangat marah. Ia
berdiri menghadap tepat dihadapan si pemuda.menanyakan mengapa ia tak
memberitahukan segalanya, tubuhnya lemas dan jatuh tertududuk setelah mendengar
mengapa pemuda tadi tak menceritakan keadaan ini sebelumnya
“jika aku memberi tahu
mu , kau pasti aka melakukan segala cara untuk menghentikannya. Dan semua itu
adalah dosa besar, karena kau melawan takdir”
“semua karena aku,
ayahku meninggal karena aku” ucapnya sambil menangis tersedu sedu
“sekarang kesempatan
terakhirmu untuk menyelesaikan semuanya, sebelum ada orang lain yang akan jauh
lebih menderita”
Dikamar
rumah sakit
Semua
orang merasa tak percaya, gadis yang berbaring dan telah divonis meninggal jika
tanpa alat medis tiba tiba saja membuka matanya. Sedikit demi sedikit semua
terlihat jelas, gadis ini telah kembali pada tubuh aslinya yang selama ini
terbaring lemah dikamar rumah sakit. Ia memutuskan untuk meyelesaikan semuanya
karena waktu yang ia miliki hanya dua hari saja. Bahkan dokter yang
menanganinya merasa sanngat heran dengan kondisi ini. Namun kehendak Tuhan tak
ada yang dapat memungkirinya.
“ Aleda” panggil
seseorang
“ini ibu nak, apa kau
bisa mengenaliku?” yang dijawab dengan
kedipan mata
“ Ale ini aku,Wesly”
yang lagi lagi hanya dibalas dengan senyuman
Satu hari telah
berlalu, kondisi tubuhnya mulai membaik sekarang, walapun masih terasa kaku
akibat sudah hampir setengah bulan tak digunakan. Pandangannya tak lepas dari
wanita paruh baya yang sedang merapikan pakaiannya
“apa kau sudah benar
benar pulih?”
“tentu saja ibu, aku
adalah wanita kuat. Bisakah aku menanyakan dimana ayah?”
Suasan tiba tiba saja
berubah tegang, ibu bahkan menghentikan aktivitasnya sesaat.
“ ayahmu sedang pergi
saat ini” jawab ibu berbohong
“kemana?” tanya gadis
muda yag dipanggil Ale itu
“bisnis” jawab ibu
singkat. Ia tahu jika ibunya itu sedang mencoba menutupi apa uang ebenarnya
telah terjadi, namun ia tak dapat mengatakan apapun karena semua yang ia
ketahui tak boleh ia katakan
Pukul 10
pagi Aleda sampai dirumah megah nan mewah, bahkan mereka telah disambut oleh
beberapa pelayan rumah yang menyambut mereka dengan senyuman karena nona yang
mereka rindukan telah kembali. Kamarnya masih tetap sama seperti dulu, tak ada
satupun benda yang berubah tempat, semua ini sangat dijaga oleh ibunya selama
ia pergi, setelah berganti pakaian berwarna putih ia keluar kamar, bediri
diatas balkon rumahnya. Merasakan desiran angin dan sinar mentari yang mungkin
tak dapat ia rasakan kembali
“nona, makan siang
telah siap”
“ya, aku segera turun”
Ibu
terlihat sangat bahagia, bahkan wajahnya tak pernah kehilangan senyumannya. Ia
sibuk menata meja makan untuk pesta penyambutan atas kembalinya diriku kerumah
ini. Sungguh hatiku tahu bahwa ibuku sebenarnya mesa sangat sedih atas
kehilangan suami dari sisinya, namun ia tak pernah sedikit pun
memperlihatkannya
“ibu, duduklah”
“ada apa anakku, kau
lapar? Ini aku masakan makanan kesukaanmu”
“tidak bu, aku akan
makan nanti”
“ada apa anakku”
“aku tahu ibu sedang
sangat sedih saat ini, biarkan air mata ibu mengalir, jangan pernah
membendungnya didalam hati, itu akan menenggelamkan dirimu bu, hingga kau
sangat sulit bahakan untuk berbafas sekalipun”
Kedua mata ibu mulai
berkaca kaca setelah mendengar semua yang Aleda katakan, bahkan kali ini
senyumnya sudah tak tergambar jelas lagi. Namun, inilah yang diinginkan Aleda
agar ibunya tak usah menahan kesedihan lagi, biarkan kesedihan itu dibagi dan
tidak disimpan rapat sendiri. Aleda member kesempatan pada ibunya untuk
mernungkan segalanya.
“bu, maaf kan aku ,
bisakah aku pergi sebentar?”
“kemana?”
“hanya untuk menemui
Wesly”
Ditepi danau yang
indah ia duduk bersama seseorang yang
sangat ia rindukan selama ini. Mereka hanya terdiam sesaat, memikirkan semua
yang telah terjadi . Aleda ingin mengatakan semuanya, namun terlihat ia sangat
ragu untuk mengatakannya.
“Wesly”
“Ale” ucap mereka
bersamaan
“kau dulu”
“tidak kau dulu saja,
apa yang sebenarnya ingin kau katakana?”
“bisakah kita berhenti
sampai disini?”
“apa maksudmu?
Berhenti untuk apa?”
“lepaskanlah hatimu
kali ini, biarkan ia menemukan jalan yang baru mulai sekarang, aku tak dapat
tinggal lebih lama lagi”
“apa kau bercanda? Kau
serius dengan ucapanmu? Haha..”
“aku serius kali ini”
ucapnya sambil berlalu pergi
Kali ini suasana jauh
lebih terasa aneh, Wesly bahkan hanya terdudk memikirkan semua yang baru
dikatakan Aleda tadi. Cincin yang tadinya kan diberikan pada gadis tadi, ia
simpan kembali baik baik setelah semua yang diinginkan oleh Aleda.
Dirumah Aleda
Semua orang menangis
karena gadis yang dipanggil nona setiap harinya telah menghembuskan nafas
terakhirya malam ini, sesuai kesepakatan ia akan kembali tepat 30 hari
perjalanannya di dunia ini. Yang hidup bagai sebuah bayangan Ibu hanya duduk
terdiam di meja makan panjang yang penuh dengan makanan yang telah ia siapkan,
namun air matanya tak dapat dibendung lagi, ia menangis tak terbendung. Ibu
sungguh merasa kehilangan kali ini, hanya secarik surat yang tertinggal untuk
ibu dan kekasihnya, Wesly.
“untuk kedua orang yang sangat aku
sayangi, maaf tak memberikan salam perpisahan yang indah bagi kalian, bisakah
aku mengatakan ini dulu pada ibuku? Ibu, aku tahu kau sangat bersedih atas
meninggalnya ayah, aku sudah tahu segalanya yang coba untuk kau tutup tutupi,
biarkan airmatamu kering jika itu akan membuatu merasa lebih baik, jangan buat
kesedihan itu lama hidup dihatimu. Dan untukmu sahabat sekaligus orang yang aku
sayangi, bukalah lembaran baru kali ini, jangan biarkan hatimu membeku karena
diriku, itu sungguh sangat membuatku merasa sedih. Mulai sekarang tersenyumlah
dan jangan buat rasa kehilangan terus ada. Biarkan aku pergi, aku akan tigggal
bersama ayah saat ini, jadi jagalah diri kalian ”
Salam cinta
Aleda
Semenjak kepergian Aleda, ibunya mulai dapat menceritakan segala kesusahannya ataupun hal hal yang mengganggu hatinya pada orang lain yang ia anggap sahabat. Dan seseorang yang sangat spesial dihati Aleda mulai dapat menikmati hidupnya kembali, bahkan sekarang ia memiliki seorang wanita baik yang selalu mendampinginya.
WHO
ReplyDelete